Kisah Saudagar Kaya
Abstrak:
Letak kebahagiaan itu ada pada diri kita sendiri. Kita hanya harus mensyukuri apa yang kita miliki.
Orientasi:
Alkisah, hiduplah seorang saudagar kaya yang bergelimpangan harta. Segala yang diinginkannya dapat dimiliki dengan mudah. Namun, ia tak merasa bahagia dan merasa hambar dalam menjalani hidupnya.
Insiden:
Suatu saat, ia merenungkan hidupnya yang cukup sempurna tetapi ia tak pernah merasa bahagia. Kemudian, ia berpikir bahwa ia akan bahagia apabila ia memiliki rumah mewah di kota lain dan membeli mobil termahal. Tak sampai satu minggu, kedua keinginannya pun terpenuhi. Namun, setelah beberapa minggu berlalu, itu semua terkesan biasa saja. Akhirnya, saudagar itu pun memutuskan untuk berlibur ke negara lain. Tetapi hal itu pun tetap membuatnya bersedih hati, ia berpikir kekayaannyalah yang membuatnya bosan. Ia memutuskan untuk meninggalkan keluarganya dan tinggal sendiri di desa terpencil. Akan tetapi, rasa sedih dan risau di hatinya semakin saja bertambah. Dia pun kembali ke keluarganya. Saat perjalanan pulang, saudagar itu bertemu dengan pedagang asongan yang bisa tersenyum riang walaupun hidupnya susah. Kemudian. ia bertanya pada pedagang asongan itu mengapa ia bisa selalu tersenyum riang dengan kondisi hidup yang terbilang susah?
Interpretasi:
Pedagang itu menjawab bahwa kebahagiaan itu tidak seputar hal materi saja, semua kekayaan yang kita miliki tak akan berarti karena letak kebahagiaan itu ada pada diri kita pribadi melalui satu rasa yakni rasa syukur. Saudagar itu pun berterimakasih pada pedagang asongan tersebut karena berhasil memecahkan kerisauan hatinya.
Koda:
Hikmahnya, kita tak akan merasa bahagia tanpa adanya rasa syukur. Oleh karena itu, sebagai manusia hendaknya menanamkan rasa syukur dalam diri kita di segala situasi kondisi.